Intuisi.id, Topoyo – Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi generasi muda Indonesia untuk kembali menatap arah perjuangan bangsa. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan sosial yang cepat, semangat pemuda 1928 perlu terus dijaga dan diwujudkan dalam aksi nyata masa kini.
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Mamuju Tengah, Arinil Hidayah, mengajak seluruh generasi muda, masyarakat, dan khususnya para perempuan untuk menjadikan momen Sumpah Pemuda sebagai waktu refleksi dan pembaruan semangat kebangsaan.
“Kita perlu mengokohkan spirit perjuangan para pemuda terdahulu, tapi tidak berhenti pada seremoni semata. Harus ada aksi nyata yang memberi dampak,” ujar Arinil.
Menurutnya, generasi muda memiliki peran strategis dalam mendukung program-program pemerintah yang berpihak pada rakyat dan berkeadilan sosial. Salah satu contoh nyata adalah program Sekolah Rakyat, yang dinilainya sebagai langkah konkret dalam memperkuat kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Melalui Sekolah Rakyat, kata Arinil, anak muda dapat terlibat langsung dalam proses pemberdayaan masyarakat—bukan hanya sebagai peserta, tetapi juga sebagai penggerak perubahan di daerah masing-masing.
“Dengan mengokohkan semangat Sumpah Pemuda, kita berharap program seperti Sekolah Rakyat bisa menjadi jembatan menuju Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Arinil menegaskan bahwa cita-cita besar bangsa tidak akan tercapai tanpa keterlibatan aktif generasi muda, terutama perempuan, yang kini semakin banyak berperan di berbagai bidang kehidupan. Ia menekankan pentingnya perempuan muda tampil berani dan percaya diri di ruang publik.
“Peran perempuan bukan lagi sekadar pendukung, tetapi juga pemimpin yang mampu membawa perubahan. Ketika perempuan berdaya, maka bangsa ini ikut kuat. Sekolah Rakyat bisa menjadi ruang belajar dan pengabdian bagi perempuan muda untuk ikut membangun bangsa,” tuturnya penuh semangat.
Bagi Arinil, peringatan Sumpah Pemuda bukan hanya perayaan sejarah, melainkan ajakan untuk menyalakan kembali komitmen terhadap cita-cita kebangsaan. Ia menilai bahwa kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan komunitas pemuda perlu diperkuat agar nilai-nilai persatuan dan kebangsaan hidup di tengah masyarakat.
Momentum Sumpah Pemuda ke-97 ini menjadi pengingat bahwa nasionalisme tidak lahir dari pidato atau simbol, tetapi dari tindakan nyata. Melalui langkah-langkah kecil seperti mengajar, berbagi, berinovasi, dan peduli terhadap sesama, generasi muda bisa menjadi tulang punggung perubahan.
“Semangat kolaboratif seperti inilah yang akan membawa Indonesia melangkah pasti menuju masa depan yang berkeadilan dan berkemajuan,” tutup Arinil. (*)




